Minggu, 27 Februari 2011

CINTA TAK TERDUGA



       Danny memarkir mobilnya di depan sanggar model milik mamanya. Mama Danny memang seorang pragawati ataupun modeling di kota ini. Memang mama Danny sangat berparas cantik, tinggi, dan sangat rupawan. Tetapi, Danny tidak terlalu memperhatikan itu. Ia kesal karena mamanya kurang memperhatikannya. Walaupun materi tercukupi, tapi Danny selalu merasa sendiri, nggak ada yang memperhatikan atau menyayanginya. Orang tuanya selalu sibuk dengan pekerjaan mereka sendiri-sendiri. Makanya Danny tumbuh menjadi anak yang bandel, dan malas. Makanya dijuluki ‘si bengal’ oleh teman-temannya. Dia cuek banget, dan gak menampakkan diri sebagai orang kaya yang cendekiawan. Padahal dia adalah putra tunggal seorang pengusaha kaya dan peragawati cantik. Tapi nggak jarang dia naik angkot. Padahal, di rumahnya sudah disediakan motor gede dengan modifikasi yang mahal dan sebuah mobil keren yang siap nganterin ke mana aja.
       Turun dari angkot tua, dia nggak sabar nunggu mamanya di luar. Dia langsung menyusul mamanya di dalam. Saat melihat ke dalam dia kaget melihat mamanya berbincang-bincang dengan seorang perempuan yang tidak asing lagi baginya. “Bella? Kenapa dia ada di sini sih? Mau ngapain ya?” batinnya. Melihat Danny bengong di depan pintu mama memanggilnya. “Dan sayang, mama mau memperkenalkan kamu sama putri teman mama di Jakarta. Dia mau belajar model sama mama di sini. Dia udah sering ikut lomba modeling dari kecil. Cantik ga? Namanya Bella, B-e-l-l-a” jelas mama.
         Danny pun keluar sambil bermuka bengong. Dari luar ia berteriak, “Danny udah kenal ma! Gak asing, itu temen sekelas Danny.”
          “Dan, kamu bisa nganterin Bella pulang gak? Soalnya sopirnya lagi pulang kampun tuh.” Jawab mama. Dengan terpaksa Danny mengangguk-angguk dan meminjam mobil mama untuk mengantarkan Bella pulang.
            Sepanjang perjalanan ke rumah, mama tampak berbincang-bincang terus dengan Bella, mau nanyain urusan prestasi, sekolah, sampai keluarganya. Apalagi tiba-tiba Bella berbicara mengenai pelajarn di sekolah.
            “Tante, kelihatanya Danny perlu bimbingan belajar. Kan tante udah sibuk, papa Danny juga sibuk, makanya Danny sering gak buat pr. Tadi dia gak ngumpulin tugas kimia. Akhirnya, dihukum sama pak Guru, tante. Trus kan ini udah mau ujian kenaikan kelas, kalau Danny gak ngerjain pr terus kayak gini, trus males gak mau belajar kan takutnya.....”
              Belum sempat meneruskan pembicaraan, Danny segera memotong, “Takutnya apa? Takut aku gak naik kelas? Itu bukan urusanmu, ini urusan gue. Kenapa sih kamu sok tau, sok peduli sama aku? Udah deh, urusin hidup loe dulu.” Danny tampak tersinggung dengan ucapan Bella.
              “Danny, kamu jangan gitu. Maksud Bella baik. Dia gak mau kalo kamu tinggal kelas. Dia juga hanya mau nasihatin kamu kok. Mama tahu, selama ini mama sibuk. Jadi gak sempat ngurusin kamu. Mama minta maaf. Gini aja, gimana kalo mulai besok kamu belajar aja sama Bella?”, tiba-tiba mama mengusulkan ide itu.
                 Bella tamapak ragu. “Itu...itu tergantung Danny, tante. Terus terang Bella mau ngajarin yang Danny belum bisa, tapi kalau Dannynya gak mau ,, ya sudah, gak papa.” , dengan terpaksa Danny mau belajar bersama Bella demi mamanya.
                    Hampir tiap sore Danny ke rumah Bella untuk belajar bersama. Dengan cueknya Danny bersms-ria dengan Danu, tiap kali Bella menerangkan.
                     “ Nah, gitu caranya. Sekarang coba kamu kerjain nomer 2. Danny... Dan...” HP Danny berdering, tanpa menghiraukan ucapan Bella, diangkatnya telpon itu.
                     “Hai, Bro. Apa? Sekarang? Seru banget yah? Wah sayang gue gak bisa nonton. Ini lagi dengerin bu professor cermah. Iya, nyokap gue maksa belajar bareng sama dia. Ya terpaksa deh, nurut aja....”
                      Bukk!! Tumpukan buku di meja dijatuhkan Bella ke lantai. Mata Bella berkaca-kaca. Tampaknya Bella udah gak kuat diperlakukan kayak gitu.
                      “ Jadi kamu gak ikhlas, kamu terpaksa belajar sama aku? Aku udah capek-capek nerangin, ngluangin waktu buat loe, kamu anggap itu semua Cuma ceramah? Baik, kalo loe lebih suka konser musik, ya udah nonton sana! Aku udah gak peduli sama kamu. Seperti yang kamu omongin itu bukan urusanku!”
                      Danny kaget mendengar kata-kata Bella. Ditutupnya telepon dari Danu. Baru kali ini dia melihat Bella yang ceria selalu, sekarang menangis. Entah kenapa Danny tersentuh. Diusapnya air mata Bella. “Bella, ma....maafin aku. Aku nggak bermaksud....”
                      “ Cukup, Dan! Aku udah gak tahan lagi kalo diperlakuin gini terus. Emang apa sih salahku sama kamu? Aku lakuin ini karena gue peduli sama loe!! Sekarang kamu bebas. Lakuin apa aja yang kamu suka. Dan gak usah belajar lagi sama aku, dan gak usah ke sini lagi...”
                     Bella melepaskan tangan Danny.

                      Seharian Danny bengong di sekolah. Dia hampir gak melihat senyuman Bella lagi. Bahkan mereka nggak bertegur sapa. Entah kenapa matanya terus mengikuti langkah Bella kemanapun Bella pergi. Saat istirahat, Ivan mengajak Bella ke kantin. Mereka tampak serasi. Apalagi, gosip yang beredar, Ivan sedang gencar melakukan pendekatan pada Bella. Entah kenapa kali ini Danny merasa cemburu.
                      ” Apa? Gue cemburu? Yang bener aja kali>.. ya nggak lah, nggak mungkin gue suka sama Bella!” batin Danny.
                       Danny memarkir motor di depan rumah Bella. Dengan ragu-ragu ia mengetuk pintu rumah Bella. Wajah Bella tampak kaget dengan kedatangan Danny lengkap dengan ransel di punggungnya.
                       “ Mau apa kamu ke sini?” tanya Bella nggak ramah.
                       “ Mau belajar sama kamu, aku sadar selama ini aku salah. Harusnya aku berterima kasih ada yang peduli sama aku, mau ngajarin aku secara sukarela. Aku nggak mau kalau nggak naik kelas, Bell. Aku malu sama diriku yang begitu sombong, nggak ngehargai kamu. Aku nyesel. Maafin aku ya ,Bell. Mau kan kamu ngajarin aku lagi?” Wajah Danny tampak memohon. Melihat wajahnya yang memelas, Bella mempersilahkan Danny masuk.
                          Perubahan drastis terjadi pada Danny. Dia jadi lebih rajin, nggak malas lagi. Nggak bandel lagi. Bahkan udah nggak pernah telat masuk lagi. Yang paling menonjol, sikapnya pada Bella nggak lagi acuh, bahkan sangat perhatian.
                         Suatu sore saat mereka sedang belajar bersama, Danny mengeluarkan sesuatu dari ranselnya.
                         “ Buat kamu....” katanya pelan.
                         “ Buatku? Heh tumben kamu bawain aku kado. Aku kan nggak lagi ulang tahun?” Bella tampak heran.
                         “ Itu ucapan terimakasih aku, Bel. Kamu udah banyak bantu aku. Tanpa kamu, aku nggak bakal banyak berubah.”
                         Bella tersenyum. “ Aku lakukan ini tulus, karena aku peduli sama kamu, sayang sama kamu. Sebagai teman”, jawab Bella.
                         “ Teman? Cuma teman? Kalau aku pengen lebih dari teman gimana?” tanya Danny terus terang.
                          “ Ka...kalau itu aku..aku..” Bella nggak melanjutkan kalimatnya. Dia tampak grogi.
                          “ Kenapa, Bel? Apa karena kamu suka sama Ivan, atau yang lain. Aku tahu kamu cocok sama Ivan. Kalian sama-sama pintar, ganteng dan cantik, sama-sama aktivis...”
                          “ Hussss, aku sama Ivan itu cuma teman. Kami dekat karena kepentingan yang sama. Lagian aku nggak mungkin suka sama dia karen sejak pertama masuk aku udah suka sama seseorang.” Bella tampak tersipu.
                          Wajah Danny tegang. Berharap agar Bella juga menjawab sesuatu yang menyenangkan. Dia memaksa bertanya-tanya terus, “Siapa Bel, Anton si ketua OSIS? Atau Budi si pemain basket? Ataupun Rifki anak paskibra?” tanya Danny penasaran.
                          Sementara Bella hanya senyum-senyum, “ Bukan, cowok yang aku suka sejak pandangan pertama adalah...... ‘si bengal Danny,” tawanya pecah.
                        “ Hah? Yang benar? Serius? Bel, kamu bercanda kan?” Bella tertawa senang.
                        “ Benar Danny, suer dech! Itulah kenapa aku mau jadi guru privatmu, mau kamu omelin, rela kamu cuekin, kamu ejek, kamu caci, kamu.....”
                        “ Ssttt.... cukup” jemari Danny ditempelkan di bibir Bella.
                        “ Si Bengal ini nggak akan cuekin kamu lagi, nggak akan ngejek kamu lagi, karena aku sayang banget sama kamu.”
                       Ekspresi wajah Bella berubah ceria. Diusapnya kening Danny.
                       “ Kamu nggak lagi demam kan, Dan? Nggak salah ngomong tadi?” canda Bella sekan gak percaya...
                       Keduanya membuka kado dan duduk bersama di taman dekat rumah Bella. Danny tersenyum bahagia. Dia tidak menyangka bakal jatuh cinta pada orang yang selama dia benci setengah mati. Dia teringat kata-kata mama yang asli solo itu, “witing tresno jalaran soko kulino”.
                       Tampaknya hal itu memang benar. Dan sekarang Danny benar-benar mengalaminya.

Kamis, 24 Februari 2011

Donut's

My favorite food is Donut's..
hmmm...
Yummmyyy.,.,
do you like it?



Pesan tak sampai

 Sejak itu aku merasa sendiri, dan bosan di dunia ini. Mengapa aku tak menyadari semua itu dari dulu? Apa yang akan terjadi setelah itu. Kisah itu dimulai sebulan yang lalu.
      Aku mempunyai seorang teman yang bisa dibilang sahabat. Namanya Devi. Lebih akrabnya aku panggil dia Dede. Orangtuaku dan orangtuanya adalah teman lama yang dulu menjadi sahabat. Sekarang kita berdua menjadi sahabat. Devi menyukai seorang teman di kelasku namanya Rian. Rian itu juga dekat denganku.
      Hari mulai berganti. Semakin lama, Dede semakin suka dan tertarik dengan Rian. Sampai-sampai hari valentine kemarin dia memberi coklat buat si Rian. Memang Rian adalah cinta pertama dan terakhirnya. Jujur aku tidak tertarik dengan Rian, tetapi karena aku mengikuti ekstrakurikuler yang sama dengan Rian yaitu Band, dia pernah cemburu dan bilang kepada teman- teman kalau aku menyukai Rian.
Walaupun aku sahabatnya tapi jujur aku sedikit sakit hati karena itu. Cuma latihan band bersama aja dia bilang aku suka sama Rian, itu buat hatiku tambah panas rasanya. Tapi ya abaikanlah. Semakin lama aku mulai jauh dengan Dede, karena sepertinya dia menganggap aku serius menyukai Rian. Akhirnya kita mulai jarang curhat, ngobrol, dan bermain bersama. Karena aku juga jengkel difitnah kayak gitu terus, aku bermaksud bercanda untuk membuat dia lebih cemburu. Aku mengaku padanya kalau aku suka sama Rian dan Rian suka sama aku. Sudah 2 kali aku bercerita dan tampaknya dia sudah mulai cemburu denganku.
      Pagi harinya Dede tidak masuk sekolah dan dia mengirim surat untukku. Surat itu berwarna hitam dan ada mawar hitam yang menghiasinya. Akupun bertanya mengapa surat ini berwarna hitam yang berhiaskan mawar hitam. Aku pun jadi tambah penasaran apa isi dari surat itu. Saat kubuka, aku pun mulai membacanya.


                                                                         Semarang, 25 Februari 2010

Untuk sahabat ku,
Fina

  Hai Fina,
  Bagaimana perasaan dan kabarmu saat ini? Pasti kau senang dengan perasaanmu akhir-akhir ini.
Hari ini aku gak bisa masuk sekolah, karena aku sedang sakit sama mau beli obat. Tapi maaf ya. aku gak bisa cerita dan memberithu banyak tentang penyakitku. Ku harap kamu semakin bahagia bersama Rian. Aku tidak dan belum benci sama kamu. O iya di dalam amplop surat ini ada cincin mu yang tertinggal di rumahku waktu sebulan lalu kamu belajar bersama di rumahku. Sengaja aku menyimpannya agar kau penasaran. Tapi aku takut kamu marah dan bingung mencarinya, makanya aku kembalikan, sebisa aku mengembalikannya.
  Sudah dulu ya, kalau bisa balas suratku ini.
                                                                                              Sahabatmu,
                                                                                                  Devi


      Jujur aku sedikit terharu dan sadar. Tapi belum sadar 100%. Mungkin dia memohon maaf padaku atau merasa bersalah mungkin. "Oke..oke... sorry ya friend kalau aku mengecewakanmu." renungku.
Keesokan harinya Dede juga belum masuk sekolah. Aku pun juga tidak tahu kenapa. Apa mungkin dia belum pulih daris sakitnya? Tapi biarkanlah, paling besok dia juga sembuh. Pada jam istirahat pertama ada pemberitahuan bahwa ibu dari Devi meninggal. Aku semapt kaget dan melamun. Rasanya ada yang menusuk di dalam hatiku. Tapi justru itu aku malah semakin bingung." Kemarin yang sakit si Dede kenapa sekarang yang meninggal justru ibunya yang tidak ada berita sakit?" ,tanyaku. Walaupun begini keadaanya aku juga harus melayat bersama ibuku. Tetapi saat aku sampai di rumahnya, aku tidak melihat Dede sama sekali. Dia tidak muncul satu detikpun. Aku pun bertanya pada Ayah Dede. Dan ternyata dia sedang membeli obat untuk dirinya yang sedang sakit. Setelah kutunggu hingga satu jam, Dede belum muncul-muncul. Akhirnya ibuku memutuskan mengajakku pulang. Aku ikuti saja ibuku.
Setelah sampai di rumah, aku membalas surat dari Dede. Karena bagaimana pun juga aku kangen dan rindu sama Dede.

                                                                                                            


                                                                            Semarang, 29 Februari 2010

Sahabatku,
Devi

   Hai Devi,
   Ini kubalas suratmu.. Bagaimana kabarmu? Lama sekali aku tak melihatmu. Kemana saja sih? Bagaimana pun juga aku kangen dan rindu sama kamu. Aku ngerasa kesepian. Sebenarnya aku boleh tau apa penyakit yang sedang kamu jalanin sih? Aku penasaran dan prihatin lho.
De, sebenarnya aku mau jujur sama kamu. Aku gak suka sama Rian dan Rian gak suka sama aku. Dan cincin yang tertinggal itu bukan dari Rian. Tapi pemberian dari Ibuku. Aku ngaku kalo aku sengaja buat kamu cemburu, aku bermaksud hanya bercanda. Tapi aku menyesali itu setelah aku lama gak ketemu kamu.
   Aku harap kamu bisa bales suratku ini.
                                                                                                        Love,
                                                                                                        Fina

   Aku anggap itu adalah surat pertamaku padanya. Hatiku merasa senang saat membalas suratnya. Keesokan harinya, ternyata dia tidak masuk sekolah. Selama 2 minggu dia tidak masuk sekolah. Akhirnya teman-teman sekelas setuju akan menjenguk Dede setelah pulang sekolah. Setelah sampai rumahnya, teman-teman menanyakan keadaan Dede pada Ayah Dede. Setelah bertanya-tanya,ternyata Dede menderita sakit leukemia. Dan saat itu juga dia keluar dari kamar dan bertemu dengan teman-teman, aku langsung memeluknya karena aku sangat rindu dengannya. Wajahnya tampak pucat, dan lesu. Semakin sedih aku melihatnya.
Setelah lama kita bertemu dengannya, akhirnya aku pulang ke rumah. Sampai di rumah, aku lupa akan surat balasanku yang belum kuberikan pada Dede. Aku sangat menyesal, tetapi mungkin esok hari dia masuk sekolah.
    Berbeda dengan perkiraanku,ternyata Dede belum masuk juga dan pada jam istirahat pertama, ada berita bahwa Dede sedang dalam kondisi koma dan dilarikan ke rumah sakit. Saat itu juga hatiku sakit sekali. Saat teman-teman sampai di rumah sakit untuk melihat Dede, ternyata kita dilarang masuk ruangan putih berbau obat itu. Setelah lama menunggu, Ayah Dede menangis kencang sekali. Dan ternyata nyawa Dede tidak bisa diselamatkan lagi. Saat itu juga aku menangis dan menyesal mengapa aku membuat sahabat dekatku sendiri sedih karen hal-hal yang aku lakukan disaat terakhir aku bertemu dengannya. Aku makin menyesal, dan aku melihatnya terakhir kali tertimbun tanah siang itu. Rasanya sepi sekali, tidak ada yang menghiburku saat aku sedih. Apa arti surat balasanku yang belum sampai ketanganya?  Aku sadar bahwa aku tidak boleh menyianyiakan sahabatku sendiri. Mulai saat ini dan selamanya, rasa kehilanganku tidak hilang.......


Kamis, 17 Februari 2011

ARTI PERSAHABATAN


                                          
Misha sinkap kembali tabir ingatannya. Sharon. Manis nama itu, semanis orangnya. Dialah kawan karib Misha yang selalu diingatannya. Sudah enam tahun mereka mengenali antara satu sama lain. Kegembiraan dan keperitan hidup di alam remaja mereka melalui bersama. Tetapi semua itu hanya tinggal kenangan sahaja. Misha kehilangan seorang sahabat yang tidak ada kalang-gantinya.

Peristiwa itu berlaku dua tahun yang lalu. Sewaktu itu mereka sedang berada di kantin sekolah. Misha sedang marahkan Sharon kerana mengambil pena kesukaannya tanpa izinya dan menghilangkannya.

Apabila Misha bertanya, dia hanya berkata yang dia akan menggantikannya. Misha tidak mahu dia menggantikannya. Kerana pena yang hilangtu berlainan dengan pena yang akan diganti oleh Sharon. Pena yang hilang itu adalah hadiah daripada Sharon sewaktu mereka pertama kali menjadi sepasang kawan karib.

"Aku tak mahu kau menggantikannya! Pena yang hilangtu berharga bagiku! Misha memarahi Sharon." " Selagi kau tak jumpa penatu, selagi itulah aku tak akan bercakap dengan kau!" Marahnya Misha pada Sharon. Meja kantintu di hentaknya dengan kuat hingga terkejut Sharon. Misha yang mukanya memang kemerah-merahan, bila marah bertambahlah merahlah mukanya. Sharon dengan keadaan sedih dan terkejut hanya berdiamkan diri lalu beredar dari situ. Misha tahu Sharon berasa sedih mendengar kata-katanya itu. Misha tidak berniat hendak melukainya tetapi waktu itu dia terlalu marah dan tanpa dia sedari, mutiara jernih membasahi pipinya.

"Sudah beberapa hari Sharon tidak datang ke sekolah. Aku merasa risau. Adakah dia sakit? Apa yang terjadi" Berkata-kata Misha seorang diri. Benak fikirannya diganggu oleh seribu satu pertanyaan "EH! Aku nak pergi kerumahnyalah" Berbisik Misha di hatinya. Tetapi niatnya berhenti di situ. Dia merasa segan. Tiba-tiba talipon dirumah Misha berbunyi "Ring,riiiiiiiing,riiiiiiiiing,riiiiiiiing"Ibu Misha yang menjawab panggilan itu."Misha, oh, Misha "Teriak ibunya. "Cepat, salin baju. Kita pergi rumah Sharon ada sesuatu berlaku. Kakaknya Sharon talipon suruh kita pergi rumahnya sekarang jugak" Suara ibu Misha tergesa-gesa menyuruh anak daranya cepat bersiap. Tiba-tiba jantung Misha bergerak laju. Tak pernah dia merasa begitu. Dia rasa tak sedap. Ini mesti ada sesuatu buruk yg berlaku. "Ya Allah, kau tenteramkanlah hatiku. Apapun yang berlaku aku tahu ini semua ujianmu. Ku mohon jauhilah segala perkara yang tak baik berlaku. kau selamatkanlah sahabatku." Berdoa Misha pada Allah sepanjang perjalanannya ke rumah Sharon.


Apabila tiba di sana, rumahnya dipenuhi dengan sanak -saudaranya. Misha terus menuju ke ibu Sharon dan bersalaman dengan ibunya dan bertanya apa sebenarnya yang telah berlaku. Ibunya dengan nada sedih memberitahu Misha yang Sharon dilanggar lori sewaktu menyeberang jalan berdekatan dengan sekolahnya." Dia memang tidak sihat tapi dia berdegil nak ke sekolah. Katanya nak jumpa engkau. Tapi hajatnya tak sampai. Sampai di saat dia menghembuskan nafasnya, kakaknya yang ada disisinya ternampak sampul surat masa ada dia gengam ditangannya" terisak-isak suara ibu Sharon menceritakan pada Misha sambil menghulurkan surat yang Sharon beriya-iya sangat ingin memberikannya pada sahabatnya.

Didalam sampul surat itu terdapat pena kesukaanku. Disitu juga terdapat notadaripadnya.


MISHA SHARMIN,
AKU MINTA MAAAF KERANA MEMBUAT KAU MARAH KERANA TELAH MENGHILANGKAN PENA KESUKAANMU. SELEPAS ENGKAU MEMARAHI AKU, AKU PULANG DARI SEKOLAH SEWAKTU HUJAN LEBAT KERANA INGIN MENCARI PENAMU.DI RUMAH AKU TAK JUMPA.TAPI AKU TAK PUTUS ASA DAN CUBA MENGINGATINYA DAN AKU TERINGAT, PENATU ADA DI MEJA SCIENCE LAB . ITUPUN AGAK LAMBAT AKU INGIN KESEKOLAH KERANA BADANKU TAK SIHAT TAPI DENGAN BANTUAN SITI DIA TOLONG CARIKAN. PENATU SITI JUMPA DIBAWAH MEJAMU. TERIMA KASIH KERANA TELAH MENGHARGAI PEMBERIANKU DAN PERSAHABATAN YANG TERJALIN SELAMA SETAHUN. TERIMA KASIH SEKALI LAGI KERANA SELAMA INI MENGAJARKU TENTENG ERTI PERSAHABATAN.

SHARON OSMAN.

Kolam mata Misha dipenuhi mutiara jernih yang akhirnya jatuh berlinangan dengan derasnya.Kalau boleh ingin dia meraung sekuat hatinya. Ingin dia memeluk tubuh Sharon dan memohon maaf padanya tapi apakan daya semuanya dah terlambat. Mayat Sharon masih di hospital. Tiba-tiba dentuman guruh mengejutkan Misha daripada lamunan. Barulah dia sedar bahawa dia hanya mengenangkan kisah silam. Persahabatan mereka lebih berharga daripada pena itu. Misha benar-benar menyesal dengan perbuatannya. Dia berjanji tak akan membenarkan peristiwa ini berulang kembali. Semenjak itu Misha rajin bersolat dan selesai solat dia akan membaca al quran dan berdoa dan bersedekahkan ayat-ayat al quran kepada sahabatnya. Dengan cara ini sahajalah yang dapat Misha balas balik jasanya Sharon dan mengeratkan persahabatanya. Semoga dengan kalam Allah Sharon akan bahagia di alam baza.